Bongkar News

Rayo Vallecano, Tempat di Mana Sepakbola Menjelma Menjadi Kemanusiaan





Foto : Carmen Martinez Ayudo Sosok Nenek Yang Menjadi Inspirasi



Bongkar Merdeka. com | Jakarta, -


Bagi para penggemar sepakbola, kota Madrid identic dengan klub Real Madrid dan saingannya Atletico Madrid.  Di luar orang Madrid, seakan tertutup informasi, bahwa di ibukota Spanyol ini ada klub lain, yaitu Getafe, sang kapal selam Villareal dan Rayo Vallecano.


Klub yang terakhir ini berasal dari distrik Vallecas, daerah  suburban atau pinggiran  Madrid, tempat para immigran tinggal dan mencari kehidupan. Letaknya di pinggiran kota, daerah jauh dari elit, kekumuhan menghiasi sudut-sudutnya. Daerah Vallecas dikenal sebagai hunian kaum pekerja keras dan kasar, rumah bagi mereka yang merasa sebagai warga kelas dua ibukota kerajaan.


Klub ini berdiri sejak tahun 1924, identik dengan imigran dari Argentina dan negara Amerika Latin lainnya. Memiliki warna jersey kebesaran yang sama dengan klub tenar Argentina, River Plate, yaitu atasan putih berselempang merah dan celana hitam. Tumbuh di daerah pinggiran, fans Vallecano merasa identitas dan aktualisasi dirinya termanifestasi lewat penampilan klub yang rajin naik turun divisi utama liga Spanyol. 


Membandingkan dengan Real Madrid, maka Raya Vallecano seperti bumi dan langit,  jauh sekali.. Rayo termasuk klub terbatas kemampuan finansialnya, bisa jadi  harga semua pemainnya mungkin tidak lebih dari seperempat harga Messi. Stadionnya de Vallecas pun hanya 14 ribu kapasitasnya,  sangat jauh dengan Santiago  Berneabue atau Wanda Neopolitano yang modern dan mahal tiketnya milik Atletico Madrid.  Dengan kondisi demikian, siapa yang mau menengok dan berinvestasi ke klub orang pinggiran ini, kata Iwan Fals..


Namun Rayo Vallecano memiliki sesuatu berbeda, yang jauh lebih berharga ketimbang harga seorang pemain bintang.  Harta itu bernama kepedulian dan solidaritas. Carmen Martinez seorang nenek yang terpaksa rumahnya disita karena utang bank ulah anaknya, sehingga terusir dari rumahnya. Carmen orang Vallecas asli, kepiluan ini menggerakkan hati pemain, manajemen dan fansnya untuk urunan membantu nenek berusia 85 tahun ini agar mendapatkan kembali rumahnya dan berhasil.


Tidak hanya itu, seorang bayi perempuan anak seorang wanita muda asli distrik miskin ini, menderita sakit yang memerlukan biaya operasi lebih dari 100 ribu euro. Kemiskinan menyebabkan ibu muda ini tidak berdaya dengan kondisi anaknya, dan begitu kabar itu menyeruak, para pemain dan fans Vallecano yang juga tidak kaya berkata “anak itu lahir di sini, maka dia bagian dari kami”. Mereka pun patungan, ada yang menciptakan lagu, menjual kopi sampai terkumpul biaya yang cukup untuk pengobatan bayi cantik yang ramah itu. 


Rayo Vallecano, memiliki kekayaan, yaitu passion, kepedulian dan bela rasa kepada semua yang mencintainya. Fans nya beragam gendernya, warna  kulitnya,  daerah asalnya bahkan beragam orientasi seksualnya pun dirangkulnya.  Bagi Rayo Vallecano, fans adalah bagian yang tidak terpisahkan, seorang fans berujar “kami tumbuh bersama Rayo, tak mungkin kami dipisahkan, di manapun Rayo bermain, hati kami bersama mereka”. Bentuk perhatian terhadap keragaman fansnya, diwujudkan dalam salah satu jerseynya yang memiliki 6 warna pelangi, tanda semua orang sama di mata Rayo Vallecano. 


Meskipun klub ini sering terseok di La Liga, namun kesebelasan wanitanya sangat perkasa, 3 kali juara liga dan 1 kali juara piala raja Spanyol telah diraihnya. Bagi para wanita ini bermain bersama Rayo adalah kebanggaan dan wujud cinta serta motivasi untuk menunjukkan harkat sebagai orang pinggiran.


Lalu kalau demikian, apa kata para fansnya tentang stadion Vallecas tempat mereka berkumpul tiap minggu : Vallecas adalah kekeluargaan, kebanggaan, kegilaan,  kebersamaan, cinta, musik, solidaritas, passion, hasrat untuk menang. 
Vallecas adalah upaya manusia yang menghargai dan mencintai sesamanya, 
Vallecas adalah symbol kebebasan dan kegembiraan.. Vallecas adalah suka cita…
Vallecas adalah tempat Sepakbola berubah menjadi kemanusiaan itu sendiri. 

Penulis :   Taru
Editor    :   Redaksi

Type and hit Enter to search

Close